Senin, 15 Juni 2009

Studi Analisis tentang Dukungan Sistem Informasi Pasca terjadinya Gempa dan Gelombang Tsunami di NAD dan Sumut

Abstrak

Dukungan sebuah sistem informasi bagi suatu organisasi ataupun bagi masyarakat
sudah sangat diperlukan, terutama bagi masyarakat yang membutuhkan informasi yang
cepat, tepat dan akurat. Sebuah sistem informasi harus dapat meng-informasikan suatu
keadaan dimana suatu informasi itu dibutuhkan. Oleh karena itu dalam perencanaan
Sebuah sistem informasi harus diperhitungkan kemampuan daya dukung sebuah sistem
informasi terhadap siapa dan kapan informasi itu dibutuhkan.
Dukungan Sistem informasi pasca terjadinya gempa dan gelombang tsunami seperti di
Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara sudah sangat diperlukan untuk
Memperlancar Penanganan Proses Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi dan saranaprasarana,
sistem informasi tersebut diharapkan dapat menjawab dengan cepat, tepat
dan akurat tentang berbagai kerugian yang diakibatkan oleh suatu bencana. Dukungan
sistem informasi tersebut sangat diperlukan agar para korban bencana dapat mengetahui
dengan cepat tentang jumlah kerugian yang diakibatkannya, dukungan sistem tersebut
itu juga dapat menjadi suatu pertimbangan pengambilan putusan guna mengambil
langkah-langkah rehabilitasi pasca terjadinya gempa. Dalan sistem ini juga diperlukan
dukungan sebuah sistem yang bergeoreferensi seperti sistem informasi geografis (SIG).
Agar sistem informasi tersebut dapat diterima secara cepat, tepat dan akurat, sistem
yang dirancang harus terstruktur dengan pengambilan data yang sesuai dan yang
terpenting adalah terintegrasi, artinya sebuah sistem dapat diitegrasikan secara on-line
ke berbagai kota dengan koordinasi dari pusat data, dan informasi tersebut harus dapat
diakses oleh seluruh belahan dunia dengan teknologi Internet.

[1] . Pendahuluan

Bencana dapat datang kapan saja dan dimana saja di berbagai wilayah kesatuan
Indonesia, datangnya suatu bencana tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu walaupun
banyak studi tentang itu. Analisis terhadap suatu bencana dapat saja diprediksi dari
analisis gejala alam, tetapi keakuratannya tidak dapat diterima seratus persen.
Banyak kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana baik kerugian
jiwa, materi dan sarana-prasarana, belum lagi kerusakan mental yang diakibatkan dari
bencana tersebut. Untuk mengurangi beban bagi masyarakat yang ditimpa bencana dan
untuk mempercepat penanganan proses identifikasi kerugian yang diakibatkan oleh
bencana tersebut, maka diperlukan suatu sarana sistem informasi yang tepat dan akurat
agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang diinginkannya, serta mempercepat
proses pengambilan putusan dan bagaimana cara penanggulangannya.
Kebutuhan akan Sistem Informasi untuk mengidentifikasi kerugian jiwa, materi
dan sarana-prasarana sudah sangat dibutuhkan, mengingat Indonesia sangat rentan akan
bencana. Bukan hanya yang terjadi sekarang ini yaitu di Nangroe Aceh Darussalam dan
Sistem Informasi Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi, Sarana-prasarana Pasca Bencana 2
Sumatera Utara, tapi Indonesia memang merupakan negara terkaya dalam kegempaan,
disamping itu sebagai Benua Maritim Indonesia(BMI) yang dua pertiga wilayahnya
terdiri dari lautan dan merupakan tepi benua aktif(active continental margin) maka
tsunami selalu mengancam wilayah pesisir baik bagian luar maupun dalam BMI,.begitu
juga dengan bencana demi bencana sangat sering terjadi di daerah-daerah lainnya seperti
longsor ,banjir dan lainnya. Oleh karenanya untuk mempercepat diperolehnya informasi
tentang indentifikasi kerugian jiwa, materi dan sarana-prasarana dibutuhkan sistem yang
dapat menginfomasikan keadaan yang demikian, terutama proses pengidentifikasian
kerugian jiwa dengan cepat agar masyarakat dapat mengidentifikasikan sanak keluarga
yang selamat atau yang sudah tiada.
Studi kasus yang telah dilakukan pada saat terjadinya gempa bumi dan fenomena
tsunami di Biak menunjukkan bahwa pengkajian dapat dilakukan secara cepat dengan
bantuan mengakses bervariasi data dari sumber internet, hal seperti itu juga dapat
dilakukan dengan sistem formasi untuk mengidentifikasi kerugian yang diakibatkan
bencana.
Sistem Informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kerugian jiwa, materi
dan sarana-prasarana pasca bencana adalah sistem yang terintegrasi, agar informasi yang
diperoleh dapat dilihat di seluruh indonesia bahkan dunia dengan teknologi Internet.
Untuk mewujudkan sistem tersebut dibutuhkan data yang lengkap mengenai
jumlah penduduk disuatu daerah, data pemukiman seperti jumlah rumah, data saranaprasarana
dan data kawasan yang ada didaerah tersebut. Dari data yang tersebut nantinya
akan dicocokkan dengan data setelah terjadinya bencana, bahkan dapat dibuat sistem
informasi geografis yang memperlihatkan informasi sebelum dan sesudah terjadi bencana
dengan melakukan overlay, yang nantinya dapat diprediksi dengan tepat dan cepat jumlah
kerugian jiwa, materi dan sarana-prasarana didaerah yang terjadi bencana tersebut.

[2] . Pemikiran Sistem Informasi identifikasi Kerugian Bencana Gempa dan
Tsunami

Pengantar
Pada tanggal 26 Desember 2004 jam Delapan, gempa yang berkekuatan 9,5 scala
richter yang disertai badai Tsunami yang berpusat di samudera Hindia telah meluluh
lantakkan propinsi ujung barat indonesia (Nangroe Aceh Darussalam) dan Sumateta utara
bahkan sampai ke belahan dunia lainnya, sepeti Srilangka, India , Thailand, malaysia, dan
lainnya yang daerahnya berdekatan dengan pesisir dan radiusnya berdekatan dengan
pusat gempa. Akibat dari gempa dan Tsunami tersebut, Puluhan bahkan ratusan ribu jiwa
melayang dalam sekejap, bukan hanya itu kerugian materi, sarana-prasarana juga ikut
hilang dalam bencana tersebut. Banyak saudara kita kehilangan sanak saudara, tempat
tinggal dan sarana dan prasarana didaerah tersebut tidak berfungsi lagi.
Pasca Bencana di daerah Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera utara telah
menyisakan kepedihan, mayat-mayat bergelimpangan, rumah-rumah hancur, saranaprasarana
tidak berfungsi. Orang orang yang masih hidup sibuk mencari sanak saudara
yang masih tertinggal. Daerah yang ditimpa bencana tersebut seperti kota mati, tanpa
Sistem Informasi Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi, Sarana-prasarana Pasca Bencana 3
penerangan, komunikasi terputus dan sangat sulit memprediksi berapa kerugian yang
diakibatkannya.
Diprediksi untuk memulihkan keadaan pasca bencana perlu waktu bertahun tahun.
Untuk mengidentifikasi kerugian, baik kerugian jiwa, materi dan sarana-prasarana sangat
sulit memprediksinya karena keterbatasan sarana dan tidak tersedianya suatu sistem yang
memadai.
Berikut diperlihatkan gambar yang diambil melalui citra satelit, gambar tersebut
memperlihatkan pusat gempa dan kemudian disertai terbentuknya gelombang tsunami,
gambar tersebut juga memperlihatkan daerah-daerah yang ditimpa bencana di Nangroe
Aceh Darussalam dengan citra tiga dimensi yang memperlihatkan letak dan ketinggian
tanahnya.
Informasi yang didapat pasca bencana tentang berapa jumlah kerugian jiwa,
materi dan sarana-prasarana masih simpang siur karena tidak adanya suatu sistem yang
dapat mengakomodir kebutuhan informasi tersebut, dan ini berdampak pada lambatnya
penanganan yang harus dilakukan pasca bencana di Nangroe Aceh Darussalam dan
Sumatera Utara.
Dari sekian banyak bencana yang terjadi di tanah air, sudah saatnya kita harus
memikirkan suatu sistem yang dapat menginformasikan keadaan dan prediksi kerugian
suatu daerah pasca terjadinya bencana secara cepat, tepat dan akurat. Alternatif sistem
yang dirancang adalah sistem yang bergeo-referensi seperti Sistem Informasi Geografis.
Dasar Pemikiran
Sumber : Digital Globe Publised by LAPAN 2004
Sistem Informasi Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi, Sarana-prasarana Pasca Bencana 4
Kebutuhan akan Sistem Informasi sudah sangat diperlukan, bahkan disegala
bidang dan disetiap denyut nadi kehidupan, kebutuhan akan informasi sangat dirasa
penting karena menyangkut suatu organisasi bahkan masyarakat luas sesuai kebutuhan
dari informasi yang diperlukannya.
Ditinjau dari maknanya Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang
lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.1
Telah diketahui bahwa informasi merupakan hal yang sangat penting bagi
manajemen di dalam pengambilan putusan. Pertanyaannya adalah darimana informasi
tersebut bisa didapatkan ?. Informasi dapat diperoleh dari Sistem Informasi (information
systems) atau disebut juga dengan processing systems atau information processing
systems atau information-generating systems
Sistem Informasi didefinisikan oleh Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis
sebagai berikut:
Sistem Informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat
manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar
dengan laporan-laporan yang diperlukan2.
Nilai dari informasi (value of information) ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat
dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih
efektif dibandingkan biaya mendapatkannya. Pengukuran nilai informasi biasanya
dihubungkan dengan analisis cost effectiveness atau cost benefit.
Kualitas dari suatu informasi (quality of information) tergantung dari tiga hal,
yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timeliness) dan relevan
(relevance). jadi suatu sistem informasi terutama identifikasi kerugian pasca bencana
menjadi prioritas utama agar beban masyarakat yang ditimpa bencana dapat dikurangi.
Untuk memperoleh sistem informasi yang berkualitas, tergantung dari data yang
didapat. Data diolah melalui suatu model untuk menghasilkan informasi. oleh karenanya
data yang diambil harus lengkap dan terstruktur agar informasi yang dihasilkan juga
dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Jadi sistem informasi Identifikasi Kerugian jiwa, Materi dan sarana-prasarana
nantinya harus berkualitas dengan mengadopsi aturan dan ketentuan perencanaan sebuah
sistem informasi, agar sistem tersebut dapat berdaya guna dan tepat sasaran.

Analisis dan Perancanan

Sistem Informasi identifikasi Kerugian pasca Bencana yang akan dikembangkan
harus ditetapkan lebih dahulu spesifikasi dan ketentuan-ketentuan teknis lainnya. Hal ini
akan sangat menentukan keberhasilan pengembangan sistem selain juga akan sekaligus
menjadikan perencanaan dan implementasi sistem dapat berlangsung dengan sistematis
dan terarah.
1 Menurut Yogiyanto HM,Analisis dan Disain Sistem Informasi.(yogyakarta Andi yogyakarta,1989) hal 8.
2 Robert A. Leitch/K. Roscoe Davis. Accounting Information Systems. (New Jersey Prentice-Hall, 1983),
hal 6.
Sistem Informasi Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi, Sarana-prasarana Pasca Bencana 5
Untuk mewujudkan Sistem tersebut yang sesuai dengan kebutuhan, maka
diperlukan beberapa langkah sebagai berikut :
a) Survei pengidentifikasi kebutuhan sistem, yang mencakup :
• Data yang terlibat baik data atribut maupun data spasial
• Laporan/Informasi yang harus dihasilkan
• Aliran data dan laporan
• Prosedur komunikasi antar daerah dan pusat
• Dan beberapa aspek penting lainnya.
b) Disain sistem, yang mencakup ;
• Database
• Data masukan
• Laporan/Informasi keluaran sistem
• Prosedur pemrosesan data
• Prosedur komunikasi
• Dan lain-lain.
c) Pembuatan program Aplikasi, yang mencakup modul-modul :
• Informasi Kependudukan per wilayah
• Informasi kepemilikan Rumah / lahan
• Informasi mengenai sarana dan prasarana
d) Instalasi Sistem, yang mencakup :
• Hardware
• Software aplikasi
• Internet
e) Training penggunaan sistem, yang meliputi :
• Training untuk User (operator Admin)
Contoh informasi yang dihasilkan diperkirakan berbentuk analisis citra satelit dan data
tekstual yang dapat menginformasikan keadaan yang sebenarnya dengan cepat.
Sistem Informasi Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi, Sarana-prasarana Pasca Bencana 6
Khususnya untuk sistem yang akan dikembangkan yaitu Sistem informasi Identifikasi
Pasca Bencana,harus diperhatikan yang menyangkut Data dan Informasi dalam
perancangan sistem seperti Cara perolehan informasi, Basis Data, Konfigurasi Sistem,
Sistem Jaringan Informasi, Estimasi Kebutuhan SDM, Sistem Organisasi, Estimasi biaya
yang diperlukan, Estimasi waktu pembangunan.
a. Cara Perolehan Data dan Informasi
Informasi yang dihasilkan berhubungan erat dengan data yang diperoleh, Kebutuhan
data untuk sistem tersebut dapat diperoleh dari biro statistik yaitu untuk data
kependudukan, Data Kepemilikan tanah dan bangunan, dapat diperoleh dari BPN
ataupun Dinas Perpajakan, sedangkan data sarana dan prasarana dapat diperoleh dari
Dinas yang menangani masalah sarana dan prasarana. Sedangkan data-data lainnya
seperti citra satelit dapat diperoleh dari Bakosurtanal dan lembaga lainnya yang dapat
menyediakan data tersebut.
b. Basis Data
Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu
dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat
lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basis data untuk
keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu
diorganisasikan sedemikian rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas.
Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas
penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan
perangkat lunak paket yang disebut dengan DBMS (Database Management Systems)
Database yang dipergunakan untuk sistem informasi identifikasi pasca bencana ini
lebih mengarah pada pengolahan data spasial yang berbentuk citra satelit yang diolah
dengan data tekstual untuk mementukan lokasi terjadinya bencana, dan langsung
dapat ditentukan berapa jumlah kerugian jiwa , materi dan sarana-prasarana didaerah
tersebut pasca bencana.
Pengolahan data berbasiskan Sistem Informasi Geografis mempunyai data dasar yaitu
data spasial dan tekstual seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Spatial
Database
Non-
Database
Graphical
Data Capture Application
Modul
Komunikasi
Non - Graphical
Application
Spatial
Information Data Capture
Non - Spatial
Infomation
DDE
Peta Topografi Connection
Layout Sarana
Satelit
Sistem Informasi Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi, Sarana-prasarana Pasca Bencana 7
Pada dasarnya sistem informasi geografis mengacu pada suatu sistem referensi
spatial ( geo-reference ), yang dipakai untuk proses analisis dan manipulasi berbagai
macam informasi.
Data Geografi adalah data unit / area yang tersebar secara geografis yang terbagi menjadi
dua bagian.
• Data Spasial :
- data lokasi
- posisi
- bentuk
• Data Tekstual
- data deskripsi teknis
- historis
- administratif tentang unit / area
Basis data yang diperlukan untuk Perancangan Sistem Informasi tersebut meliputi :
Data Spasial :
- Data Citra Satelit pertahun
- Data Peta Kawasan
- Data Infrastruktur
- Data Land Use
- Data Kemiringan
- Data Utilitas
Data Tekstual :
- Data Kependudukan (jumlah pertumbuhan penduduk tiap daerah, Jumlah
Kelahiran, Jumlah laki-laki, jumlah wanita dll)
- Data Kepemilikan kendaraan (jumlah kendaraan yang dimiliki, jenis
kendaraan , dll)
- Data Kepemilikan Rumah dan lahan
- Data Infratruktur(sarana-prasarana didaerah tersebut)
Sistem Informasi Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi, Sarana-prasarana Pasca Bencana 8
Konfigurasi Sistem
Secara global rancangan sistem dapat dilihat pada gambar berikut :
Rancangan sistem diatas hanya memperlihatkan tahapan-tahapan proses pengembangan
sistem dan bagaimana data diproses untuk menghasilkan sebuah informasi.
Sisten Informasi Pasca Bencana tersebut diharapkan mampu :
a. Menginformasikan Junlah Kerugian Jiwa yang diakibatkan bencana. Informasi
tersebut bisa didapat dari hasil pengolahan data kependudukan didaerah tersebut
dengan mengurangi jumlah yang hidup dengan jumlah keseluruhan penduduk
pada wilayah tersebut.
b. Menginformasikan Jumlah Kerugian Materi pasca Bencana. Informasi tersebut
bisa didapat dari data kepemilikan rumah, kendaraan dan lain sebagainya,
Pengolahan dapat dilakukan dengan men-data jumlah rumah, kendaraan dan
lainnya yang rusak dengan data yang ada dalam database. Jumlah kerusakan
rumah juga dapat di cari dengan menggunakan citra satelit.
c. Menginformasikan Jumlah Kerugian Sarana dan prasarana pasca Bencana.
Informasi tersebut bisa didapat dari pengolahan data citra satelit dengan
melakukan overlay dari data yang ada dalam database.
d. Berisikan kumpulan data/informasi yang bereferensi geografis. Kumpulan data
tersebut umumnya terdiri dari beraneka macam data, seperti misalnya data
topografi, data keadaan tanah (soil data), data penggunaan tanah (land-use), data
kemiringan tanah, data jaringan utilitas, dlsb.
e. Terdapat hubungan antara satu data dengan data lainnya baik secara numeris
maupun logis, yang sangat diperlukan untuk pengolahan data atau analisis untuk
keperluan tertentu.
Sistem Informasi Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi, Sarana-prasarana Pasca Bencana 9
f. Data yang disimpan harus mempunyai struktur data tertentu
Adanya kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengumpulan data,
penyimpanan data, pengambilan data (retrieval), analisis data dan penyajian data.
Disamping kemanpuan yang diharapkan dari sistem, yang tidak kalah penting dari adalah
tersebut kontrol dari sistem tersebut yang diwujudkan secara spesifik dalam suatu
aplikasi Sistem Informasi. Wilayah yang dicakupnya meliputi :
• Kontrol masukan, digunakan untuk menjamin keakurasian data, kelengkapan
masukan, dan validasi terhadap masukan.
• Kontrol pemrosesan, kesalahan dalam pemrosesan bisa saja terjadi sekalipun
program dibuat dengan hati-hati agar bebas dari kesalahan. Oleh karena itu,
pemeriksaan terhadap kebenaran hasil pemrosesan kadang-kadang perlu
dilakukan sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak sesuai bisa langsung
diketahui.
• Kontrol keluaran. Dilakukan secara manual untuk memastikan bahwa hasil
pemrosesan memang sesuai dengan yang diharapkan.
• Kontrol Basis Data, merupakan kontrol terhadap basis data antara lain dilakukan
dengan cara menerapkan kebijakan backup dan recovery, penanganan transaksi
melalui mekanisme rollback dan commit serta Otorisasi akses.
• Kontrol Telekomunikasi. Telekomunikasi merupakan komponen yang paling lemah
dalam Sistem Informasi. Penyadapan informasi dapat dilakukan melalui sarana ini
dengan cara menyergap gelombang radio dalam sistem tanpa kabel (wireless) atau
dengan cara menyadap jalur fisik dalam jaringan. Untuk mengantisipasi keadaan seperti
ini, kontrol terhadap telekomunikasi dapat dilakukan dengan cara mengenkripsi informasi
sehingga penyadap tidak dapat membaca informasi yang sesungguhnya.
Sistem Jaringan Informasi
Sistem Jaringan Informasi yang dirancang adalah: setiap daerah/Propinsi mempunyai
Sistem Pengelolaan data tersendiri yang dapat menginformasikan jumlah jiwa dan
keadaan daerahnya sendiri, dan apabila ada sebagian di daerah tersebut terjadi bencana
maka dengan cepat pusat data dipropinsi tersebut dapat menginformasikan jumlah
kerugian baik jiwa,materi dan sarana dan prasarana.
Sumber : www.angelfire.com
Sistem Informasi Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi, Sarana-prasarana Pasca Bencana 10
Selain dari sitem pengelolaan data di tiap propinsi, harus diBackUp juja dengan
pengelolaan data diPusat, agar bila terjadi kehilangan data atau terjadi bencana dipropinsi
tersebut Pusat data dapat menginformasikan Jumlah kerugian yang ada di Propinsi
tersebut.

[3] . Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
a. Bencana dapat datang kapan saja dan dimana saja di berbagai wilayah kesatuan
Indonesia, datangnya suatu bencana tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu
walaupun banyak studi tentang itu. Analisis terhadap suatu bencana dapat saja
diprediksi dari analisis gejala alam, tetapi keakuratannya tidak dapat diterima seratus
persen.
b. Kebutuhan akan Sistem Informasi untuk mengidentifikasi kerugian jiwa, materi dan
sarana-prasarana sudah sangat dibutuhkan, mengingat Indonesia sangat rentan akan
bencana
c. Indonesia memang merupakan negara terkaya dalam kegempaan, disamping itu
sebagai Benua Maritim Indonesia(BMI) yang dua pertiga wilayahnya terdiri dari
lautan dan merupakan tepi benua aktif(active continental margin) maka tsunami
selalu mengancam wilayah pesisir baik bagian luar maupun dalam BMI.
d. Untuk memperoleh sistem informasi yang berkualitas, tergantung dari data yang
didapat. Data diolah melalui suatu model untuk menghasilkan informasi. oleh
karenanya data yang diambil harus lengkap dan terstruktur agar informasi yang
dihasilkan juga dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya
Pengelola Pusat
Propinsi
Propinsi
Propinsi
internet
internet
Sistem Informasi Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi, Sarana-prasarana Pasca Bencana 11
Saran
a. Sudah saatnya kita harus memikirkan suatu sistem yang dapat menginformasikan
keadaan dan prediksi kerugian suatu daerah pasca terjadinya bencana secara cepat,
tepat dan akurat. Alternatif sistem yang dirancang adalah sistem yang bergeo-referensi
seperti Sistem Informasi Geografis.
b. Dalam membangun/merancang Sistem informasi Identifikasi Kerugian jiwa, Materi
dan sarana-prasarana harus berkualitas dengan mengadopsi aturan dan ketentuan
perencanaan sebuah sistem informasi, agar sistem tersebut dapat berdaya guna dan
tepat sasaran

Sumber :

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&ct=res&cd=2&url=http%3A%2F%2Fwww.stmik-im.ac.id%2Fuserfiles%2FJurnal%2520Patah.pdf

Jumat, 05 Juni 2009

PRO DAN KONTRA UNDANG-UNDANG ITE

Jakarta kembali di hebokan dengan pengesahan RUU ITE ( Informasi dan Transaksi Elektronik).Selasa 25 maret 2008 RUU tersebut disah kan oleh DPR menjadi sebuah Undang- undang. Dalam sidang rapat paripurna yang dipimpin langsung oleh ketua DPR, Agung Laksono seluruh fraksi yang mengikuti jalannya persidangan itu seraya setuju dengan pengesahan RUU tersebut menajadi sebuah Undang-undang.

UU ITE mengatur mengenai masalah informasi elektronik, transaksi elektronik dan segala macam yang terkait dengan data elektronik. UU ini berguna untuk melindungi masyakat dari kejahatan maya ( Cyber Crime) dan kejahatan perbankan yang menggunakan transaksi elektronik. Selain itu UU ini bertindak untuk melindungi masyarakat dari segala macam porno aksi yang beredar dalam situ-situs internet serta dari segala macam informasi yang tidak menyenangkan.

Pengesahan RUU tersebut menjadi UU, menurut Menkominfo M.Nuh merupakan tonggak sejarah bagi bangsa indonesia untuk menyambut satu abad kebangkitan nasional dan sekaligus sebagai pengukuhan kesiapan bangsa indonesia dalam memasuki era budaya digital.

Dengan disahkannya UU ITE tak seraya diterima seluruh kalangan luas, beberapa kalangan merasakan hak-haknya telah dirugikan karena “kepentingan pribadinya telah terkekang” karena UU ITE.

Dan rupanya pemerintah pun langsung gencar dalam membersihkan situ-situ internet yang berbau pornografi. Dengan dibukikannya beberapa situs yang menyediakan info-info serta material pronografi seakan menutup threads mereka. Dan semoga hal ini tidak hanya gencar diawal dan rapuh d akhirnya.

Undang-undang ini tidak hanya memberi larangan keras pada hal-hal yang berbau pornografi tetapi berbagai hal yang bersangkutan dengan software dan karya intelektual. Dalam hal ini banyak yang amat keberatan karena bukan sebuah rahasia lagi di Indonesia software yang beredar dimasyarakat adalah bajakan.

Hal ini pun, dikarenakan ketidak mampuan masyarakat untuk membeli software berlisensi asli, karena dari segi perekonomian bangsa ini daya beli bangsa kita terhadap software asli sangat lah kecil. Sekali lagi hal itu dikarenakan harga dari sebuah software yang terbilang sangat mahal.

Dan dalam UU ITE ini pun sangsi pidana yang akan dikenakan pada pelaku pun tidak main-main. Dalam pasal 45 diterangkan bawah denda yang akan dibebankan kepada pelaku adalah sebesar Rp. 1.000.000.000,00 ( miliar rupiah ) atau pidana penjara selama 6 tahun.

UU ITE saat ini paling banyak mendapat sorotan dari berbagai kalangan, karena salah satu sumber media menyebutkan bahwa DEPKOMINFO untuk menyaring situs porno menggukana anggaran dana sebesar 30 Triliun rupiah. Ini bukanlah jumlah yang kecil dan dilihat dari keadaan bangsa kita sendiri, pengalokasian dana sebesar ini menyebabkan sebagian kalangan gusar. Karena bangsa kita masih terdapat masyarakat yang kekurangan gizi dan masih banyak daerah-daerah di indonesia yang masih belum terjamah.

Dan tak lama dari pengesahan UU ITE ini website Depkominfo sendiri telah di deface oleh seorang peretas yang barnama drs.Suparwoto — entah nama asli atau hanya buatan, sumber enzine.echo.or.id— dengan memampang wajah pakar telematika Roy Suryo yang telah diedit sedemikian rupa sebagai bentuk protes terhadap pengesahan UU ITE.

Karena dalam UU ITE mengandung salah satu pasal yang sekiranya kurang tepat penggunaannya. Pasal tersebut adalah pasal no.23 yang mengatur sebuah DOMAIN internet. Dimana domain itu tersendiri dibeli dan didaftarkan oleh si user itu sendiri, sehingga sebagian kalangan merasakan keanehan pada UU ITE ini, “ masa menamakan sebuah web saja harus di atur2 “

Banyak kalangan merasa pesimis terhadap pemerintah mengeluarkan UU ITE, hal ini dikarenan adanya UU ITE ini ditakutkan hanya menjadi sumber untuk korupsi dan pelaksanaa UU ITE ini pun masih dipertanyakan.

Sumber :

http://djagoan.wordpress.com/2008/03/29/pro-dan-kontra-uu-ite/

SATELIT INDOSTAR 2


Roket Proton Breeze M akhirnya berhasil membawa satelit Indostar II terus terbang meninggalkan landasan pacu Baikonur, Kazakhstan. Satelit ini akan mengorbit di ketinggian 35.786 km dan berlokasi 107,7o Bujur Timur (BT).

Tim dari Indonesia yang menyaksikan langsung dari lokasi peluncuran melaporkan bahwa peluncuran sukses dilaksanakan sesuai waktu yang telah dijadwalkan.

"Cuaca disini sangat baik dan semoga tidak ada kendala yang berarti," lapor Arya M Sinulingga, salah satu delegasi dari Indonesia, melalui percakapan jarak jauh, Sabtu (16/5/2009).

Peluncuran satelit, seperti dituturkannya, berlangsung tepat pukul 06.58 waktu Boikonur atau 07.58 WIB pagi tadi. Arya merupakan corporate secretary PT MNC Sky Vision, pemilik satelit ini.

Dirjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi Depkominfo, Freddy Tulung, ternyata ikut menyaksikan langsung peluncurannya di Baikonur."Ini merupakan momen bersejarah bagi Indonesia terutama di bidang penyiaran," tandasnya.

Indostar II merupakan satelit yang memiliki kapasitas lebih besar dibandingkan sebelumnya, Indostar I. Melalui 10 S-Band transponder, yang bisa melayani sekitar 120 channel dengan teknologi MPEG-2 dan 140 channel dengan teknologi MPEG-2 dan MPEG-4, yang diyakini tahan terhadap cuaca seperti hujan besar.

Kepala Divisi Satellite Operation and Engineering MNC, Alfan Afandi, menuturkan Indostar II ini adalah satelit yang akan menggantikan Indostar I yang akan habis masa berlakunya. "Indostar II memiliki lifetime selama 15 tahun," tambahnya.

Sumber :

http://it-4future.blogspot.com/2009/05/satelit-indostar-ii-akhirnya-mengorbit.html

TREND PERKEMBANGAN IT DI INDONESIA

Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Perkem-bangan teknologi informasi memper-lihatkan bermunculannya berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi ini, seperti e-government, e- commerce, e-education, e-medicine, e-e-laboratory, dan lainnya, yang kesemuanya itu berbasiskan elektronika.

Pendahuluan
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.
Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran.
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e
seperti e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika.

Evolusi Ekonomi Global
Sampai dua ratus tahun yang lalu ekonomi dunia bersifat agraris dimana salah satu ciri utamanya adalah tanah merupakan faktor produksi yang paling dominan. Sesudah terjadi revolusi industri, dengan ditemukannya mesin uap, ekonomi global ber-evolusi ke arah ekonomi industri dengan ciri utamanya adalah modal sebagai faktor produksi yang paling penting. Menjelang peralihan abad sekarang inl, cenderung manusia menduduki tempat sentral dalam proses produksi, karena tahap ekonomi yang sedang kita masuki ini berdasar pada pengetahuan (knowledge based) dan berfokus pada informasi (information focused). Dalam hal ini telekomunikasi dan informatika memegang peranan sebagai teknologi kunci (enabler technology).
Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi begitu pesat, sehingga memungkinkan diterapkannya cara-cara baru yang lebih efisien untuk produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam Masyarakat atau Ekonomi Informasi. Masyarakat baru ini juga sering disebut sebagai masyarakat pasca industri.
Apapun namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun semesta atau “Global village‿. Sehingga sering kita dengar istilah “jarak sudah mati” atau “distance is dead” makin lama makin nyata kebenarannya.

Peran Teknologi Informasi
Dalam kehidupan kita dimasa mendatang, sektor teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan sektor yang paling dominan. Siapa saja yang menguasai teknologi ini, maka dia akan menjadi pemimpin dalam dunianya. Teknologi informasi banyak berperan dalam bidang-bidang antara lain :
Bidang pendidikan(e-education).
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M., 1995). Sebagai contoh kita melihat di Perancis proyek “Flexible Learning‿. Hal ini mengingatkan pada ramalan Ivan Illich awal tahun 70-an tentang “Pendidikan tanpa sekolah (Deschooling Socieiy)” yang secara ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan.
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.

Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara di kaya dan si miskin.
Tony Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.
Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya akan bersifat “Saat itu juga (Just on Time)‿. Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner.
Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan “Computer-based Multimedia Communication (CMC)‿ yang bersifat sinkron dan asinkron.
Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu juga‿ dan kompetitif.
Kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia di masa mendatang adalah:
- Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning). Kemudahan untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh perlu dimasukan sebagai strategi utama.
- Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan
- Perpustakaan & instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku.
- Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan.
Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.
Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut: (1) Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya. (2) Interaksi dalam grup; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya. (3) Sistem administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya. (4) Pendalaman materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning (5) Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk database. (6) Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui web.
Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web based distance learning, sudah banyak sekali institusi atau lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya skill yang dimiliki oleh para engineer yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang pendidikan sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung misalnya hardware, maka agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang selalu menjadi perhatian utama pengguna internet di Indonesia yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas ini mengurangi kenyamanan khususnya pada non text based material. Di luar negeri, khususnya di negara maju, pendidikan jarak jauh telah merupakan alternatif pendidikan yang cukup digemari. Metoda pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan). Beberapa tahun yang lalu pertukaran materi dilakukan dengan surat menyurat, atau dilengkapi dengan materi audio dan video. Saat ini hampir seluruh program distance learning di Amerika, Australia dan Eropa dapat juga diakses melalui internet. Studi yang dilakukan oleh Amerika, sangat mendukung dikembangkannya e-learning, menyatakan bahwa computer based learning sangat efektif, memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% waktu lebih singkat, dan 30% biaya lebih murah. Bank Dunia (World bank) pada tahun 1997 telah mengumumkan program Global Distance Learning Network (GDLN) yang memiliki mitra sebanyak 80 negara di dunia. Melalui GDLN ini maka World Bank dapat memberikan e-learning kepada mahasiswa 5 kali lebih banyak (dari 30 menjadi 150 mahasiswa) dengan biaya 31% lebih murah.
Dalam era global, penawaran beasiswa muncul di internet. Bagi sebagian besar mahasiswa di dunia, uang kuliah untuk memperoleh pendidikan yang terbaik umumnya masih dirasakan mahal. Amat disayangkan apabila ada mahasiswa yang pandai di kelasnya tidak dapat meneruskan sekolah hanya karena tidak mampu membayar uang kuliah. Informasi beasiswa merupakan kunci keberhasilan dapat me no long mahasiswa yang berpotensi tersebut.

Dalam Bidang Pemerintahan (e-government).
E-government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh pemerintahan, seperti menggunakan intranet dan internet, yang mempunyai kemampuan menghubungkan keperluan penduduk, bisnis, dan kegiatan lainnya. Bisa merupakan suatu proses transaksi bisnis antara publik dengan pemerintah melalui sistem otomasi dan jaringan internet, lebih umum lagi dikenal sebagai world wide web. Pada intinya e-government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. penggunaan teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti: G2C (Governmet to Citizen), G2B (Government to Business), dan G2G (Government to Government).
Manfaat e-government yang dapat dirasakan antara lain: (1) Pelayanan servis yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan. (2) Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Adanya keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan saling curiga dan kekesalan dari semua pihak. (3) Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat menentukan pilihannya. Sebagai contoh, data-data tentang sekolah: jumlah kelas, daya tampung murid, passing grade, dan sebagainya, dapat ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilihkan sekolah yang pas untuk anaknya. (4) Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan dapat dilakukan melalui e-mail atau bahkan video conference. Bagi Indonesia yang luas areanya sangat besar, hal ini sangat membantu. Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan daerah dapat dilakukan tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik yang sama. Tidak lagi semua harus terbang ke Jakarta untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam saja.
Tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang baik sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan oleh aparatur pemerintah. Salah satu solusi yang diperlukan adalah keterpaduan sistem penyelenggaraan pemerintah melalui jaringan sistem informasi on- line antar instansi pemerintah baik pusat dan daerah untuk mengakses seluruh data dan informasi terutama yang berhubungan dengan pelayanan publik. Dalam sektor pemerintah, perubahan lingkungan strategis dan kemajuan teknologi mendorong aparatur pemerintah untuk mengantisipasi paradigma baru dengan upaya peningkatan kinerja birokrasi serta perbaikan pelayanan menuju terwujudnya pemerintah yang baik (good govermance). Hal terpenting yang harus dicermati adalah sektor pemerintah merupakan pendorong serta fasilitator dalam keberhasilan berbagai kegiatan pembangunan, oleh karena itu keberhasilan pembangunan harus didukung oleh kecepatan arus data dan informasi antar instansi agar terjadi keterpaduan sistem antara pemerintah dengan pihak penggunan lainnya. Upaya percepatan penerapan e- Government, masih menemui kendala karena saat ini belum semua daerah menyelenggarakannya. Apalagi masih ada anggapan e-Government hanya membuat web site saja sosialisasinya tidak terlaksana dengan optimal. Namun berdasarkan Inpres, pembangunan sistem informasi pemerintahan terpadu ini akan terealisasi sampai tahun 2005 mendatang. Kendati demikian yang terpenting adalah menghapus opini salah yang menganggap penerapan e-Government ini sebagai sebuah proyek, padahal merupakan sebuah sistem yang akan memadukan subsistem yang tersebar di seluruh daerah dan departemen.

Bidang Keuangan dan Perbankan
Saat ini telah banyak para pelaku ekonomi, khususnya di kota-kota besar yang tidak lagi menggunakan uang tunai dalam transaksi pembayarannya, tetapi telah memanfaatkan layanan perbankan modern.
Layanan perbankan modern yang hanya ada di kota-kota besar ini dapat dimaklumi karena pertumbuhan ekonomi saat ini yang masih terpusat di kota-kota besar saja, yang menyebabkan perputaran uang juga terpusat di kota-kota besar. Sehingga sektor perbankan pun agak lamban dalam ekspansinya ke daerah-daerah. Hal ini sedikit banyak disebabkan oleh kondisi infrastruktur saat ini selain aspek geografis Indonesia yang unik dan luas.
Untuk menunjang keberhasilan operasional sebuah lembaga keuangan/perbankan seperti bank, sudah pasti diperlukan sistem informasi yang handal yang dapat diakses dengan mudah oleh nasabahnya, yang pada akhirnya akan bergantung pada teknologi informasi online, sebagai contoh, seorang nasabah dapat menarik uang dimanapun dia berada selama masih ada layanan ATM dari bank tersebut, atau seorang nasabah dapat mengecek saldo dan mentransfer uang tersebut ke rekening yang lain hanya dalam hitungan menit saja, semua transaksi dapat dilakukan.
Pengembangan teknologi dan infrastruktur telematika di Indonesia akan sangat membantu pengembangan industri di sektor keuangan ini, seperti perluasan cakupan usaha dengan membuka cabang-cabang di daerah, serta pertukaran informasi antara sesama perusahaan asuransi, broker, industri perbankan, serta lembaga pembiayaan lainnya.
Institusi perbankan dan keuangan telah dipengaruhi dengan kuat oleh pengembangan produk dalam teknologi informasi, bahkan mereka tidak dapat beroperasi lagi tanpa adanya teknologi informasi tersebut. Sektor ini memerlukan pengembangan produk dalam teknologi informasi untuk memberikan jasa-jasa mereka kepada pelanggan mereka.
Program pengembangan sistem informasi di Indonesia
Program pengembanan sistem informasi (program 16.6.01) dimaksudkan untuk mengembangkan sistem informasi yang diperlukan untuk meningkatkan masuknya informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di dunia internasional, memperlancar pertukaran dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan sistem perencanaan, pengelolaan, pemantauan kegiatan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Besarnya biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk melakukan kajian, penelitian, penerapan penguasaan dibidang teknologi informasi selama kurun waktu tahun anggaran 1997/1998 sampai 2001 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel di bawah memperlihatkan APBN (rupiah murni) untuk program pengembangan sistem informasi, tahun anggaran 1997/1998 sampai 2001

Tabel. APBN untuk pengembangan sistem informasi tahun 1997/1998 sampai 2001

No Tahun Anggaran Anggaran (jutaan rupiah)
1 1997/1998 28.235
2 1998/1999 32.622
3 1999/2000 24.538
4 2000 52.236
5 2001 30.956

Penutup
Perkembangan teknologi informasi Indonesia sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras dan perangkat lunak komputer; sistem jaringan baik berupa LAN ataupun WAN dan sistem telekomunikasi yang akan digunakan untuk mentransfer data. Kebutuhan akan tenaga yang berbasis teknologi informasi masih terus meningkat; hal ini bisa terlihat dengan banyaknya jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan di bidang teknologi informasi di berbagai bidang; juga jumlah SDM berkemampuan di bidang teknologi informasi masih sedikit, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia.
Diperlukan suatu kerangka teknologi informasi nasional yang akan mewujudkan masyarakat Indonesia siap menghadapi AFTA 2003 yang dapat menyediakan akses universal terhadap informasi kepada masyarakat luas secara adil dan merata, meningkatkan koordinasi dan pendayagunaan informasi secara optimal, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia, meningkatkan pemanfaatan infrastruktur teknologi informasi, termasuk penerapan peraturan perundang-undangan yang mendukungnya; mendorong pertumbuhan ekonomi dengan pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi.
Akhirnya, era perdagangan bebas Asean benar-benar berlaku yang kita kenal dengan ASEAN Free Trade Area (AFTA) resmi berlaku di tahun 2003 ini. Inilah salah satu kenyataan globalisasi perekonomian dunia yang nyata. Integrasi perekonomian nasional dengan perekonomian regional/global seperti AFTA, APEC, WTO/GATT memang tidak bisa dihindari. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kenyataan integrasi perekonomian dunia ini memang harus dihadapi.
Pustaka

Natakusumah, E.K., “Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia.”, Pusat Penelitian informatika – LIPI Bandung, 2002
- Natakusumah, E.K., “Perkembangan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran Jarak Jauh.”, Orasi Ilmiah disampaikan pada Wisuda STMIK BANDUNG, Januari 2002.
- California Distance Learning Project – working to increase access to adult basic learning services by improving distance learning infrastructure. http://www.cdiponline.org/
- http://www.bexi.co.id
- http://www.gksoft.com/govt/en/id.html
- Konsep Nusantara – 21, http://n21.net.id
- Richardus Eko Indrajit , “Evolusi Perkembangan Teknologi Informasi”, Renaissance Research Centre
- Prayoto, “Menyoal Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia”, Fakultas Teknik UNIKOM, 2002 Bandung
- The World Bank Group, E-government definition; http://www1. worldbank.org/publicsektor/ egov/definition.htm.
- Tim Koordinasi Telematika Indonesia. “Kerangka Teknologi Informasi Nasional”, Jakarta, Februari 2001.

Sumber :

http://satyasembiring.wordpress.com/2007/12/28/perkembangan-it-di-indoenesia/

IT KPU 2009

Pada hari H Pemilu 2009 kemarin (9 April 2009), saya mencoba mengakses alamat http://tnp.kpu.go.id, tetapi sampai malam dicoba selalu gagal. Situs tersebut akhirnya dapat dibuka setelah saya mencoba mengakses melalui jalur-jalur akses (baca: provider Internet) yang berbeda. Namun, tampilan situs masih kosong. Jika dibandingkan dengan waktu yang sama pada Pemilu 2004 (5 April 2009), pada sore hari data sudah mulai meluncur dan tampil di Internet.

Pada hari H+1 (10 April 2009) siang ini, saya kembali mencoba melihat situs tabulasi nasional perolehan suara pada Pemilu 2009 ini. Hasilnya, situs dapat diakses dari provider Internet yang saya pakai (yang kemarin tidak bisa mengakses ke alamat http://tnp.kpu.go.id), namun, data yang ditampilkan bisa dibilang sangat amat minim. Jumlah suara yang ditampilkan sangat jauh dibandingkan H+1 pada Pemilu 5 tahun yang lalu.

Minimnya jumlah total suara yang masuk ke datacenter IT KPU 2009 ini memang menyedihkan. Namun, dengan kompleksitas formulir tabulasi yang harus diisi di tingkat TPS dan tentu implikasinya pada saat input-ing data di tingkat operator lapangan IT KPU, bisa dimaklumi data yang masuk tidak bisa diharapkan cepat. Berdasarkan pengalaman pada IT KPU 2004, ekspektasi masyarakat terlalu besar, dengan menganggap bahwa kalkulasi IT KPU pasti akan “secepat kilat” mengumumkan hasil akhir total perolehan suara. Jarang orang sadar atau mau tahu bahwa IT KPU tidak mungkin dapat berbuat banyak jika di tingkat operator lapangan (dulu di level kecamatan, sekarang di level kota/kabupaten) tidak memasukkan data ke aplikasi IT KPU! Dari mana situs TNP dapat menampilkan data jika tidak ada data yang dimasukkan di tingkat bawah??! Dulu, berbagai sebab musabab terjadinya keterlambatan input data; mulai dari pihak KPPS yang tidak segera memasukkan laporan rekapitulasinya karena ingin laporannya benar-benar valid alias tidak ada kesalahan, ada juga yang pihak kecamatan tidak mengijinkan operator (yang kebanyakan adalah relawan mahasiswa dan pelajar/guru SMK) lembur di kantor kecamatan (harus dikerjakan di jam kerja, padahal jam kerja di kecamatan itu baru mulai jam 10-an, jam 12 sudah istirahat, masuk lagi jam 2 siang, jam 3 sudah mau pulang!)… dapat dibayangkan jika ada kecamatan yang baru bisa melaporkan seluruh data-nya setelah lewat dari 1-2 minggu kemudian!

Dengan segala keterbatasannya, jika 5 tahun lalu jaringan IT KPU mencapai tingkat kecamatan di seluruh Indonesia, kini “mundur” hanya sampai tingkat kabupaten/kota. Namun, “kemunduran” paling utama yang saya lihat adalah hilang-nya fungsi kontrol dan akuntabilitas dalam transparansi hasil Pemilu. Jika pada 5 tahun lalu kita semua dapat melihat dan membuktikan sendiri hasil perolehan suara di TPS kita masing-masing (dengan mencocokkan data yang ada di web), kini tampilan IT KPU tidak lagi menampilkan fitur tersebut.

Tampilan perolehan suara pada situs http://tnp.kpu.go.id kini menurut saya tidak lebih dari perluasan quick count yang banyak muncul belakangan ini. Kenapa begitu? Quick count diselenggarakan untuk menghitung dengan cepat, melalui metode statistik, untuk memprediksi hasil akhir perolehan suara. Kata-kata penting dari quick count adalah hitung cepat, statistik, prediksi dan hasil akhir. Jika sampling data yang dilakukan oleh quick count misalnya hanya 5% dari total populasi TPS (saya belum mendapatkan angka pastinya), IT KPU memberikan “sampling” lebih baik saja (jika mengikuti apa yang terjadi di Pemilu 2004, “sampling” ini mencapai 80-an %). Tidak lebih dari memberikan “sampling” yang lebih baik. Karena kini IT KPU pun sama-sama tidak bisa memvisualisasikan perolehan suara dalam bentuk tabel sampai ke level TPS (setidaknya sampai pada saat saya membuat tulisan ini). IT KPU kini sama seperti quick count. Sama-sama tidak dapat dipakai untuk menunjukkan, apalagi membuktikan adanya manipulasi data, karena data yang ditampilkan “tiba-tiba” ya seperti itu. Tanpa keberadaan drill-down data sampai di tingkat TPS. Dengan sifatnya yang seperti itu, IT KPU 2009 tidak lebih sebagai “quick count” resmi yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum, dengan keutamaan berupa tingkat sampling yang lebih baik (asumsi: 80%). Tidak ada kelebihan lain, selain menjadi lebih mahal secara implementasi (dibanding quick count yang diselenggarakan oleh beberapa lembaga).

Kemampuan “Komando” dan “Penguasaan” Teritorial

Ada banyak orang dengan segudang ide, ada banyak pula orang yang punya segudang kemampuan. Tetapi pada pelaksanaan hajat sebesar IT KPU, yang dibutuhkan tidak sekedar ide dan kemampuan. Pekerjaan sebesar ini merupakan pekerjaan kolosal, pekerjaan yang harus dikerjakan beramai-ramai dan bahu membahu. Membangun sistem dan aplikasi pada datacenter adalah sebuah masalah besar. Tetapi jangan pernah lupa bahwa teknis pelaksanaan di lapangan juga menjadi sebuah masalah lain yang tidak kalah besarnya!

Pernahkah Anda membayangkan, bagaimana mengumpulkan belasan ribu orang relawan dari berbagai unsur pelajar, guru dan mahasiswa di seluruh Indonesia dalam waktu 1 bulan saja? Mengajarkan bagaimana cara menggunakan aplikasi untuk meng-input data di setiap kantor kecamatan yang menjadi pusat entry data… dan juga membangun semangat militan, rasa nasionalisme dan memiliki yang mendalam terhadap sistem IT KPU 2004! Tanpa memiliki kemampuan “komando” dan memiliki jaringan yang luas dan “rembes”, pada siapa kita berharap? Pada bagian ini-lah yang sepertinya terlupakan oleh banyak orang.

Melihat kinerja IT KPU, sepertinya team IT KPU belum siap dengan koneksi jaringan IT yang baik. Jaringan (network) yang establish belum tentu bisa menjamin jaringan tidak down (over load) saat dilewati data dari seluruh Indonesia,secara bersamaan. Dalam perhelatan akbar seperti Pemilu harusnya perencanaan atau instalasi TI-nya tidak asal jadi. Seyakin apapun, tentang performance jaringan atau suport system yang dibangun, tetapi untuk mensuport acara besar seperti Pemilu harusnya tetap disediakan jaringan back up, untuk mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin terjadi.

(Mohon Maaf) Secara teknis saya tidak mengerti routing yang dipakai, tetapi kalau melihat secara umum sebetulnya PC KPU tidak hank dan koneksi WAN normal, buktinya para operator komputernya masih bisa meng-akses internet (face book dsb). Sepertinya ini aneh, kok justru koneksi WAN yang diutamakan?..koneksi ke internet harusnya tidak perlu.
Bukankah dengan terkoneksi ke internet justru rentan dengan gangguan-gangguan pihak lain?..seperti gangguan hacker
misalnya. Kenapa tidak di isolir saja, dibuat Local Area Network (LAN) khusus untuk jaringan KPU seluruh Indonesia saja?..

Kalau koneksitas jaringan kesemua remote (daerah) terputus (network time out) ini kemungkinan yang hank di server
Jakartanya, atau kemungkinan justru link komunikasinya yang down. Artinya penanganan (perbaikan) bisa lebih cepat
karena yang bermasalah di sisi Jakarta.

Apa mungkin?..hanya dibangun satu server (di sisi Jakarta) untuk melayani remote yang begitu banyak, terlebih untuk
proses transfer data yang cukup besar di jaringan yang sama dalam waktu yang bersamaan?..Sekali lagi mohon maaf, bukan berburuk sangka tetapi kelihatan sekali kalau IT KPU tidak siap dalam artian kematangan perencanaan. Apa tidak lebih baik kalau di sisi Jakarta dibangun server sebanyak jumlah propinsi?..satu server melayani satu site (Propinsi), jadi kemungkinan over load bisa dihindari dan kalau salah satu jaringan atau satu server down, akses data dari daerah lain tetap jalan, artinya rekapitulasi data suara tetap bisa dilakukan tanpa tersendat-sendat, seperti sekarang. Semoga ini bisa di antisipasi dengan baik untuk PilPres yang akan datang.

Sumber :

http://www.zikri.com/2009/04/10/it-kpu-jalan-mundur/

http://btcamp.wordpress.com/2009/04/16/kinerja-it-kpu/